Saat membaca tulisan ini di harian Kompas hari Minggu entah mengapa saya tidak begitu terkejut dan terus terang ada sedikit rasa cemas. Dalam artikel ini diprediksi bahwa negara Indonesia adalah salah satu negara yang akan terkena krisis pangan berat di samping Cina dan India. Walaupun ini hanya laporan tetapi saya melihat bahwa ini perlu diwaspadai. Bukankah saat itu memang harga beras naik pasca Natal dan Tahun Baru. Juga kita dihebohkan dengan naiknya harga cabe hingga 100 ribu rupiah di beberapa daerah. Di satu sisi yang membuat saya prihatin bahwa fokus pemerintah negara ini seperti tersedot dengan kasus mafia pajak,mafia hukum dan kasus korupsi sehingga kebijakan yang berpihak pada rakyat menjadi terabaikan.
Beda jauh dengan keadaan negara kita pada tahun 1980-an. Malahan di tahun 1983 negara kita ditetapkan sebagai negara yang mampu berswasembada beras. Saya masih ingat walau waktu itu saya masih SD Pak Harto presiden saat itu diundang untuk berpidato di Sidang PBB. Sungguh ironis kalau dibandingkan dengan realita saat ini. Seiring dengan perkembangan dunia yang mengglobal saat itu pula lahan-lahan untuk penyediaan tanaman-tanaman pangan di negara ini mejadi semakin berkurang.
Apa yang sesungguhnya menjadi penyebab krisis pangan? Menurut Presiden Earth Policy Institute Lester R. Brown menyebutkan bahwa penyebab krisis pangan ini sangat kompleks. Bukan hanya karena persoalan cuaca tetapi juga karena lonjakan jumlah penduduk,penggunaan komunitas pangan untuk bahan bakar ( komoditas pangan dikonversi menjadi etanol ) dan kesejahteraan yang meningkat yang akhirnya menaikkan permintaan komoditas pangan. Kombinasi ketiga faktor dari sisi permintaan telah mengakibatkan permintaan komoditas pangan. Pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan pertumbuhan areal perumahan, industri dan jalan raya juga menjadi penyebab. Pertumbuhan penjualan kendaraan juga menjadi penyebab pengurangan lahan pertanian. Kenaikan suhu global juga akan menekan produksi pangan. Perkiraan para peneliti kenaikan 1 derajat Celcius akan menurunkan sekitar 10 persen produktivitas.
Apa yang terjadi kalau dunia terjadi krisis pangan? Bukankah ujung-ujungnya adalah keamanan global. Dunia akan sibuk dengan instabilitas politik akibat kekurangan pangan dan harga pangan yang mahal. Ngeri juga membayangkan kalau orang-orang bertikai karena merebutkan pangan. Atau satu keluarga tiba-tiba mati semua karena keracunan makanan pengganti beras contohnya tiwul.
Mungkin bagi kalangan tertentu naiknya harga pangan tidak begitu merisaukan. Tetapi bagi kalangan usaha kuliner baik kecil dan menengah maupun pengusaha besar krisis pangan tentu akan merepotkan juga. Bagaimanapun juga ujung-ujungnya konsumen yang kena getahnya. Karena harus ikut menanggung biaya produksi. Sepertinya krisis pangan harus menjadi perhatian semua masyarakat dunia. Khususnya di negara Indonesia. Apalagi seperti disebutkan di atas bahwa negara ini akan terkena krisis pangan yang berat.
Untuk negara ini alangkah baiknya kalau kita khusunya pemerintah harus fokus masalah pangan. Kebijakan-kebijakan hendaknya mendukung pada penyediaan lahan pangan. Produktivitas pangan yang harus ditingkatkan. Kemudian disediakan dana untuk investasi mitigasi perubahan iklim,efisiensi konsumsi air, konservasi tanah dan stabilitas populasi.
Apa yang ingin saya sampaikan dengan uraian singkat di atas? Bahwa cara hidup manusia sekarang ini telah melumpuhkan bumi dan isinya yang ujung-ujungnya adalah kekacauan hidup kita sendiri. Kalau kita hidup harmonis dengan alam tentunya krisis pangan ini tidak akan terjadi. Saya akui bahwa manusia makin cerdas makin bisa inovasi dengan teknologi-teknologi mutakir tetapi hal ini tidak diimbangi dengan pengolahan hati sehingga perkembangan ilmu kita bisa lebih bersahabat dengan alam. Kita cenderung untuk lebih dan lebih sehingga kita tidak sadar bahwa kita telah menjadi serakah.
Sadarkah bahwa krisis pangan ini adalah krisis global yang sedang terjadi? Semoga krisis pangan ini bisa diatasi dengan kebijakan yang benar-benar berpihak pada kepentingan orang banyak.
Apa yang sesungguhnya menjadi penyebab krisis pangan? Menurut Presiden Earth Policy Institute Lester R. Brown menyebutkan bahwa penyebab krisis pangan ini sangat kompleks. Bukan hanya karena persoalan cuaca tetapi juga karena lonjakan jumlah penduduk,penggunaan komunitas pangan untuk bahan bakar ( komoditas pangan dikonversi menjadi etanol ) dan kesejahteraan yang meningkat yang akhirnya menaikkan permintaan komoditas pangan. Kombinasi ketiga faktor dari sisi permintaan telah mengakibatkan permintaan komoditas pangan. Pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan pertumbuhan areal perumahan, industri dan jalan raya juga menjadi penyebab. Pertumbuhan penjualan kendaraan juga menjadi penyebab pengurangan lahan pertanian. Kenaikan suhu global juga akan menekan produksi pangan. Perkiraan para peneliti kenaikan 1 derajat Celcius akan menurunkan sekitar 10 persen produktivitas.
Apa yang terjadi kalau dunia terjadi krisis pangan? Bukankah ujung-ujungnya adalah keamanan global. Dunia akan sibuk dengan instabilitas politik akibat kekurangan pangan dan harga pangan yang mahal. Ngeri juga membayangkan kalau orang-orang bertikai karena merebutkan pangan. Atau satu keluarga tiba-tiba mati semua karena keracunan makanan pengganti beras contohnya tiwul.
Mungkin bagi kalangan tertentu naiknya harga pangan tidak begitu merisaukan. Tetapi bagi kalangan usaha kuliner baik kecil dan menengah maupun pengusaha besar krisis pangan tentu akan merepotkan juga. Bagaimanapun juga ujung-ujungnya konsumen yang kena getahnya. Karena harus ikut menanggung biaya produksi. Sepertinya krisis pangan harus menjadi perhatian semua masyarakat dunia. Khususnya di negara Indonesia. Apalagi seperti disebutkan di atas bahwa negara ini akan terkena krisis pangan yang berat.
Untuk negara ini alangkah baiknya kalau kita khusunya pemerintah harus fokus masalah pangan. Kebijakan-kebijakan hendaknya mendukung pada penyediaan lahan pangan. Produktivitas pangan yang harus ditingkatkan. Kemudian disediakan dana untuk investasi mitigasi perubahan iklim,efisiensi konsumsi air, konservasi tanah dan stabilitas populasi.
Apa yang ingin saya sampaikan dengan uraian singkat di atas? Bahwa cara hidup manusia sekarang ini telah melumpuhkan bumi dan isinya yang ujung-ujungnya adalah kekacauan hidup kita sendiri. Kalau kita hidup harmonis dengan alam tentunya krisis pangan ini tidak akan terjadi. Saya akui bahwa manusia makin cerdas makin bisa inovasi dengan teknologi-teknologi mutakir tetapi hal ini tidak diimbangi dengan pengolahan hati sehingga perkembangan ilmu kita bisa lebih bersahabat dengan alam. Kita cenderung untuk lebih dan lebih sehingga kita tidak sadar bahwa kita telah menjadi serakah.
Sadarkah bahwa krisis pangan ini adalah krisis global yang sedang terjadi? Semoga krisis pangan ini bisa diatasi dengan kebijakan yang benar-benar berpihak pada kepentingan orang banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar