Jumat, 28 Januari 2011

Sayangilah bumi kita | buka mata buka telinga

Pernahkah anda sungguh-sungguh membuka mata dan telinga anda. Membuka mata yang diikuti atau dibarengi dengan membuka mata hati anda. Membuka telinga berarti sungguh-sungguh mendengarkan dengan hati anda. Ketika mendengarkan anda sungguh-sungguh melakukan kontak dengan obyek yang anda dengarkan. Begitu juga melihat dengan sungguh-sungguh di situ ada persepsi langsung dengan obyek bukan persepsi yang bias.



Kalau kita sungguh-sungguh mau melihat dan mendengarkan sekitar kita akhir-akhir ini maka kita pasti akan merasakan bahwa situasi bumi dan isinya sudah berbeda dengan puluhan tahun yang silam. Apakah anda sungguh-sungguh memperhatikan bahwa selama tahun 2010 kemarin musim kemarau hampir tidak ada. Karena hujan sepertinya lebih mendominasi di tahun 2010. Ngeh-kah anda? Sadarkah kita bahwa itu berarti ada aspek-aspek yang terpengaruh dengan perubahan musim yang sedang terjadi. Lihatlah kegagalan panen padi yang ujung-ujungnya berakibat pada ketahanan pangan negeri ini. Pemerintah akhirnya harus mengimpor beras dari negara tetangga. Ironis untuk suatu negara yang pernah berswasembada pangan di tahun 1983.

Sudah terbukakah mata dan telinga anda? Sungguh melihatkah mata anda? Sungguh mendengarkah telinga anda? Sadarkah bahwa manusia-manusia di bumi ini sedang menggali kuburannya sendiri dengan segala tindakan dan aktivitasnya? Sadarkah bahwa kita semua tanpa memandang bangsa, agama, kebudayaan ,suku ,golongan dan semua label yang kita kenakan adalah species yang sama yatiu manusia.

Mengapa saya menanyakan hal ini? Karena kita adalah sungguh-sungguh satu keluarga. Satu keluarga bumi. Aktivitas di salah satu sudut bumi bisa jadi mempengaruhi seluruh ruangan bumi. Satu ruangan terbakar maka mungkin ruangan yang lain akan terbakar juga. Sungguh itu sebuah analogi yang tepat untuk menggambarkan keadaan bumi sekarang. Negara Indonesia yang punya jutaan hektar hutan tropis telah menjadi salah satu paru-paru dunia saat ini. Anadaikata hutan itu semakin berkurang di masa yang akan datang maka bisa dibayangkan akibatnya bagi kehidupan di bumi dan isinya. Seperti seorang laki-laki yang kehilangan salah satu paru-parunya akibat kanker paru-paru karena kebanyakan merokok.

Bukalah mata anda. Bukalah telinga anda. Mungkin kita belum merasakan dampak yang berat saat-saat ini. Tetapi anak dan cucu kita yang akan menanngung semuanya. Pilihan ada di tangan kita sekarang. Generasi yang melihat dan merasakan transisi bumi. Transisi perubahan musim yang sedang terjadi. Kita bisa menjadi berkat bagi bumi dan anak cucu kita atau kita akan menjadi kutuk bagi mereka.

Semoga pilihan yang bijak adalah pilihan kita satu-satunya.

Salam bumi damai sejahtera.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar